ayo daftar

Adsense Indonesia

Rabu, 04 Januari 2012

KRITIK ARSITEKTUR (NORMATIF)


Stasiun Jakarta Kota
dikenal pula sebagai Stasiun Beos adalah stasiun kereta api yang berusia cukup tua di Kota Tua Jakarta dan ditetapkan oleh Pemerintah Kota sebagai cagar budaya. Stasiun ini adalah satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe terminus (perjalanan akhir), yang tidak memiliki kelanjutan jalur. Bangunan ini memiliki nilai estetika seperti ornamen-ornamen kolonial yang menggunakan struktur baja bentang lebar yang khas.
Bangunan ini hampir keseluruhan berwarna putih, dan jika dilihat dari bentuk, bangunan ini menggunakan langgam antara arsitektur eropa dan arsitektur asia. Bangunan ini cukup langka keberadaannya, dikarnakaan perkembangan trend dan budaya setempat. oleh karna itu kita jaga bangunan tua yang ada di sekitar kita agar tidak terlindas dengan kejamnya zaman dan ini sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat jakarta. sejak zaman dahulu bangunan ini menjadi pusat trasportasi baik dalam kota maupun luar kota.
Sejarah bangunan ini dulu dikenal sebagai
Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.

............Menurut peraturan perundangan pemerintah kota melalui surat keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993 dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya namun
pada saat ini diributkan karena hendak direnovasi dengan penambahan ruang komersial.
............"hmmm" Padahal, stasiun ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, selain bangunannya kuno, stasiun ini merupakan stasiun tujuan terakhir perjalanan. Seperti halnya Stasiun Surabaya Kota atau Stasiun Semut di Surabaya yang merupakan cagar budaya, namun terjadi renovasi yang dinilai kontroversial.




KRITIK ARSITEKTUR (FOTOGRAFI)

" Orchard Road Singapore"

Orchad Road adalah sebuah kawasan perbelanjaan di Singapura. di kawasan Trotoar di sepanjang jalan itu sangat memanjakan pejalan kaki, terutama bagi penggila belanja. Transportasi di negeri itu sudah menjangkau seluruh wilayahnya, mulai kereta bawah tanah (MRT), bis hingga taxi. Dan jangan harap kita menemukan taxi gelap tanpa argo atau supir yang ugal-ugalan, dan jangan harap pula kita bisa memberhentikan taxi di sembarang tempat, semuanya berhenti pada tempat-tempat yang sudah ditentukan, dan jangan heran kalau di tempat pemberhentian taxi, orang-orang sabar mengantri taxi hingga beberapa meter di sepanjang jalan itu.

Berjalan-jalan di sepanjang Orchard Road tak membuat kaki lelah . Trotoar di jalan itu lebar dan luas, kalau lapar atau lelah kita tinggal makan di gerai-gerai makanan yang tersedia di jalan itu, dan duduk beristirahat di bangku-bangku yang sudah disediakan di sepanjang pinggiran Orchard Road terutama bagi para shopcoholic yang kecapaian belanja. Sambil duduk-duduk di situ, kita bisa menikmati suasana Orchard Road yang sibuk tapi tak menimbulkan kesan kumuh. Berbagai suku bangsa, terutama Indonesia, banyak melalui jalan itu tanpa khawatir ada pencopet, apalagi bom.

Kita juga tak bakalan menemukan sampah, tempat sampah selalu disediakan sangat dekat dengan tempat kita berjalan. Slogan “Buanglah sampah di tempatnya” tak hanya sekadar kata-kata mutiara di tempat itu, tapi sangat mudah dilaksanakan.




























































KRITIK ARSITEKTUR (SKETSA)














"buatlah bangunan pada tempatnya" bukan sebagai pembatas jalan......

wow gaji tambahan....